Inayati T. and Nuryatin, A. 2016. "Simbol dan Makna Puisi Menolak Puisi Karya Penyair Indonesia". SELOKA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5(2). doi: 10.15294/SELOKA.V5I2.13078. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tulisan Rumi terutama Masnavi awalnya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat Al Quran dan Hadist Nabi. Kajian terhadap karya Rumi oleh negara-negara Islam menunjukkan bahwa ini adalah tarekat untuk membantu pencari dalam usahanya mencari kebenaran. Namun ketika sampai di barat, pemaknaan mengalami perubahan. Tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi, perjalanan, dan psikologi Sufi. Sementara sisi spiritual yang diungkap adalah kasih sayang, dunia sufisme, ilusi vs realitas, dan keheningan, kekosongan, serta realisasi diri. Hal ini membuat karya Rumi kemudian kehilangan sisi religiusitasnya. Karya atau terjemahan Rumi hanya dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri, dan humanisme. Akhirnya produk-produk yang menjadi warisan dari pemaknaan sufisme barat ini dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu 1konsep diri, 2 psikonalisis Fromm dan humanisme Rogers, dan 3 terapi Mindfulness. Kesemuanya merupakan bentuk baru yang benar-benar berbeda dengan konsep awal Rumi, yaitu religiusitas Islam. Kata Kunci Barat, Masnavi, Puisi, Religius, Rumi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pergeseran Makna Puisi Maulana Jalaluddin Rumi Abdullah Azzam Al Afghani1, Subandi2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada e-mail 2subandi Abstrak Tulisan Rumi terutama Masnavi awalnya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat Al Quran dan Hadist Nabi. Kajian terhadap karya Rumi oleh negara-negara Islam menunjukkan bahwa ini adalah tarekat untuk membantu pencari dalam usahanya mencari kebenaran. Namun ketika sampai di barat, pemaknaan mengalami perubahan. Tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi, perjalanan, dan psikologi Sufi. Sementara sisi spiritual yang diungkap adalah kasih sayang, dunia sufisme, ilusi vs realitas, dan keheningan, kekosongan, serta realisasi diri. Hal ini membuat karya Rumi kemudian kehilangan sisi religiusitasnya. Karya atau terjemahan Rumi hanya dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri, dan humanisme. Akhirnya produk-produk yang menjadi warisan dari pemaknaan sufisme barat ini dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu 1konsep diri, 2 psikonalisis Fromm dan humanisme Rogers, dan 3 terapi Mindfulness. Kesemuanya merupakan bentuk baru yang benar-benar berbeda dengan konsep awal Rumi, yaitu religiusitas Islam. Kata Kunci Barat, Masnavi, Puisi, Religius, Rumi Pendahuluan Maulana Jalaluddin Al Balkh, atau yang lebih dikenal dengan nama Rumi atau Mevlana, lahir pada 1207 di provinsi Balkh, sekarang wilayah perbatasan antara Afghanistan dan Tajikistan. Keluarganya bermigrasi ketika ia masih kanak-kanak, tak lama sebelum Genghis Khan dan pasukan Mongolnya tiba di Balkh. Keluarga Rumi menetap secara permanen di Konya, Anatolia tengah, yang sebelumnya merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Timur. Rumi mempelajari tasawuf mula-mula melalui ayahnya yaitu Baha Valad, seorang pengkhotbah populer saat itu Mojaddedi, 2004. Ketika Rumi berusia 30an tahun, ia bertemu dengan seorang pria yang mengubah arah kehidupan dan pekerjaannya, yaitu Shams Tabriz. Shams adalah seorang darwis yang lebih tua, eksentrik dan pengembara. Rumi meninggalkan kehidupannya sebagai pengajar dan terus menimba ilmu kepada Shams. Shamsoddin dari Tabriz Shams mengajarinya tingkat Sufisme yang paling mendalam, mengubah dirinya dari seorang ulama menjadi seorang penyair Mirdal, 2010. Rumi mengekspresikan realitas barunya dalam tulisan-tulisan puisi yang mistis dan berjilid-jilid. Suatu hari Shams meninggalkan Konya dan kembali ke Damaskus. Rumi jatuh sakit dan merindukannya lalu memohon putranya untuk membawa Shams kembali ke Konya. Shams memang kembali, tetapi beberapa waktu kemudian menghilang lagi dan tidak pernah kembali. Pada masa-masa kesedihan dan penderitaan yang mendalam karena kehilangan Shams itulah Rumi mulai menulis puisi mistiknya Mirdal, 2010. Selanjutnya Rumi menemukan rekan baru yaitu Saladin dan Husam Chelebi. Husam Chelebi merupakan murid favorit Rumi karena mampu memahami kedalaman makna puisi Rumi Barks, Moyne, Arberry, & Nicholson, 1997. Keunikan dari jenis puisi Rumi yang kemudian disebut Masnavi adalah bahwa semuanya hampir selalu memiliki makna spiritual di dalamnya. Banyak puisi bersifat religius, moral atau mistik, tetapi jumlah yang jauh lebih besar bersifat alegoris Mirdal, 2010. Kumpulan puisi Rumi kemudian hari dianggap sebagai salah satu yang terbaik yang pernah dihasilkan oleh seorang penyair. Rumi menyelesaikan Masnavi dalam waktu 12 tahun dengan 6 volume. Masnavi begitu dihormati sebagai ungkapan mistik sufi yang sempurna sehingga sering disebut sebagai 'Quran dalam bahasa Persia ' Mojaddedi, 2004. Masnavi terdiri atas 50 ribu baris puisi yang disusun dalam 6 jilid. Cerita-cerita, perumpamaan-perumpamaan, ayat-ayat Al Quran, dan Hadist sering dikutip oleh Rumi sebagai ekspresi puisinya. Masnavi ditujukan untuk orang-orang yang tidak terbiasa dengan ilmu-ilmu Islam, mentransfer pesan-pesan yang berkaitan dengan tasawuf dengan cara yang lembut dan menyenangkan melalui cerita dan metafora. Menurut Karakoc dalam Kaya, 2016 Masnavi juga merupakan buku pembelajaran yang fundamental dengan konten mistis yang kuat. Rumi juga telah mengajarkan ayat-demi ayat Al Quran, mengintegrasikan, dan menafsirkannya. Karakoc juga percaya bahwa Rumi menulis Masnavi dengan preferensi dakwah secara tidak langsung sehingga semua orang dari berbagai kalangan dapat mengambil hikmah dan memperoleh manfaat, dengan tujuan untuk "melengkapi orang-orang beriman dengan moralitas Al-Qur'an". Tema Masnavi begitu luas, mulai dari personal mysticism, eksistensi, kemegahan cinta, hingga pemahaman terhadap sunnah. Pandangan Rumi mengenai pencipta dan ciptaan Tuhan jelas terinspirasi oleh Al Quran. Namun simbolisasi yang digunakan untuk menjabarkan Ketuhanan terkadang sulit untuk diterima secara logis. Tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan sifat-sifat Allah yang tidak dapat dipahami melalui akal. Hal inilah yang terkadang membuat pemikiran Rumi yang sebenarnya sulit untuk ditafsirkan dalam proses membaca secara umum Kaya, 2016. Membaca puisi-puisi Rumi akan sangat kental diwarnai mistisme religius. Puisi-puisi Rumi adalah mengenai kecintaan terhadap Tuhan dan bentuk hubungan manusia-Tuhan. Rumi, seperti banyak penyair sezamannya dan pendahulunya adalah seorang Sufi yang berarti ia memiliki pendekatan mistis terhadap Islam. Para sufi percaya terhadap Alquran dan ajaran Nabi Muhammad saw, tetapi bagi Sufi jalan menuju keselamatan tidak hanya didikte oleh kaidah ulama yang saklek. Para sufi berpendapat bahwa Hukum Islam Syari'a harus sebagian besar dilengkapi dengan Jalan Islam Tariq'a/Tarekat untuk membantu Pencari dalam usahanya mencari Kebenaran Haqiq'a Mannani, 2010. Masnavi Rumi menjelaskan bahwa hukum agama itu seperti lilin yang menunjukkan jalan. Tanpa lilin itu kita tidak bisa menginjakkan kaki di jalan spiritual. Begitu jalan diterangi oleh lilin yaitu cahaya hukum, musafir dapat memulai pencarian religiusitas di jalan Sufi. Pada akhir perjalanan, seorang musafir sampai kepada kebenaran. Rumi menggunakan analogi alkimia untuk menjelaskan transformasi. Teori-teori di balik transmutasi logam ibaratnya hukum agama. Seseorang perlu mengetahui hukum atau teori sebelum mulai berjalan di jalan kebenaran. Melalui perjalanan spiritual itulah kita benar-benar menerapkan zat-zat kimia pada logam, dengan mengikuti jalan menuju akhir kita dapat menyepuh tembaga menjadi emas dan mendapatkan kebenaran Lewis, 2014. Sufi memahami hukum atau syariah dalam arti yang luas, dengan merangkul pengetahuan dari semua ajaran teoretis Islam. Jalan atau Tarekat kemudian menjadi metode untuk menerapkan hukum. Kemudian Realitas Haqiqi adalah kondisi batin yang dicapai oleh pengembara dalam perjalanannya menuju Tuhan dan di dalam Tuhan. Pengingkaran Rumi atas formalitas keagamaan berakar dari ketidakpercayaannya pada pengetahuan, logika, dan dogma, sebagai satu-satunya jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan sebagai sarana untuk mendefinisikan hubungan manusia dengan Tuhan Mannani, 2010. Rumi mengungkapkan bahwa pencarian kebenaran dapat diungkapkan melalui metafora yang merupakan jembatan menuju hakikat dan kemanapun dia menemukan beragam wujud atau laku Tuhan adalah menuju kebenaran tertinggi. Metafora tersebut tergambar jelas dalam Masnavi dengan selang-seling bahasa Arab-Persia yang merujuk pada teks Al Quran. Rumi sendiri mengungkapkan bahwa Masnavi adalah the root of the root of the root of religion akar dari akar dari akar ajaran agama - dalam hal ini Islam. Masnavi tidak hanya menjelaskan bagaimana mencari kebenaran, tetapi juga menunjukkan cara untuk menjadi manusia yang terlahir penuh fully-born man Arasteh, 2008. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pada awalnya karya-karya utama Rumi, salah satunya Masnavi adalah sebuah mahakarya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran yang berasal dari Allah SWT dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran agama Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat-ayat suci Al Quran. Dua dekade terakhir karya-karya Rumi menembus pasar Amerika Serikat dan menimbulkan sebuah fenomena yang disebut sebagai Rumi Phenomenon. Meskipun pada awalnya barat Amerika sama sekali tidak akrab dengan bentuk-bentuk 'spiritualitas Timur’ seperti puisi-puisi Khalil Gibran, spiritualitas Hindu, Buddhisme dan filosofi Zen, kehadiran Rumi yang memiliki akar tradisi Islam heterodoks Turki menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Beberapa buku terjemahan tentang Rumi sangat laris antara lain The Essential Rumi yang ditulis oleh Coleman Bark, Rumi’s Daughter yang ditulis oleh Maufroy, A Moth to the Flame The Story of the Great Sufi Poet Rumi oleh Zweig dan Rumi The Fire of Love yang ditulis oleh Nahal. Sebelumnya tidak pernah ada seorang penyair Muslim mendapatkan popularitas sebesar ini di pasar sastra Amerika. Hal ini kemudian berhasil menciptakan bentuk hubungan kekerabatan transatlantik transatlantic cultural kinship antara Turki sebagai asal Rumi dan Amerika sebagai pasar Furlanetto, 2013. Oleh masyarakat barat, Rumi dipercaya mampu memenuhi rongga kekosongan di hati para pembaca Amerika, sebuah kebutuhan yang mereka tidak ketahui atau tidak disadari. Selain itu masyarakat Amerika juga membutuhkan tuntunan spiritual yang dapat di ekstrak dari karya-karya Rumi yang universal Furlanetto, 2013. Rumi bukan hanya seorang penyair, seorang mistikus dan pendiri tatanan agama; dia juga seorang yang memiliki wawasan mendalam tentang sifat manusia. Dia membahas sifat naluri, kekuatan nalar atas naluri, sifat diri, kesadaran, alam bawah sadar, dan kesadaran kosmis. Rumi membahas masalah kebebasan, kepastian, dan otoritas. Dalam semua bidang ini, Rumi memiliki banyak pandangan mengenai sifat manusia Arasteh, 2008. Rumi tidak hanya menceritakan kisah-kisah yang sifatnya menggurui atau mengaitkan pemahaman filosofis, tetapi kata-katanya telah dibuat untuk mentransmisikan sesuatu yang lebih besar. Seperti yang sering dikatakan oleh para Sufi, hal ini tidak dapat dipelajari dari luar outside, melainkan hanya dapat ditemukan dari dalam within. Berkali-kali Rumi mengkritik orang-orang yang belajar panjang lebar tentang hal-hal lahiriah, tetapi melewatkan kebenaran batiniah Arberry, 2000. Rumi adalah sosok luar biasa di dunia Turki dan Indo-Pakistan, dan dalam beberapa dekade terakhir ia telah menjadi penyair terkenal di Barat, terutama di Amerika Serikat. Banyak orang Amerika dari berbagai latar belakang sangat tersentuh oleh syairnya. Kelaparan dan kehausan masyarakat Amerika akan bimbingan spiritual tampaknya telah ditemukan dalam karya Rumi sebagai sumber regenerasi. Beberapa ahli membandingkan kesuksesan Rumi dengan keberhasilan The Prophet karya Khalil Gibran yang menarik perhatian masyarakat Amerika karena falsafah yang dikandungnya. Tapi fenomena Rumi tidak diragukan lagi lebih besar, dengan jumlah pengikutnya semakin banyak dari hari ke hari El-Zein, 2010. Rumi dianggap oleh banyak orang Amerika saat ini sebagai pemandu spiritual. Bukan hanya sebagai penyair tetapi juga menjadi pemandu untuk renaissance yang berjuang melawan peradaban barat yang sekarat. Tampaknya Rumi dipilih saat ini karena ia berada di jantung daya tarik Barat dengan tasawuf. Rumi bahkan menjadi penyembuh, semacam kebangkitan isu-isu yang mengancam masyarakat Amerika seperti masalah minoritas dan masalah depresi psikologis El-Zein, 2010. Furlanetto 2013 dalam kajiannya terhadap novel The Forty Rules of Love sebuah novel semi biografi Rumi karya Elif Shafak menyatakan bahwa buku dan novel-novel tentang Rumi menjadi laris di Amerika karena beberapa hal. Penulis novel menggunakan beberapa metode untuk mengenalkan Rumi ke khalayak Amerika, yaitu dengan a Americanisation of Rumi Novel-novel tentang Rumi dibuat lebih kebarat-baratan dan berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari, b The healing effect of Rumi’s poetry Belakangan ini orang-orang Amerika membaca Rumi untuk membebaskan diri dari rasa takut, kemarahan dan depresi dan dengan membaca puisi Rumi menjadikan mereka lebih termotivasi untuk menemukan jati diri dan makna hidup, c Sufisme bersifat Universal, dapat diterima agama manapun. Spiritual guidance yang dapat diekstraksi dari puisi yang terlepas dari tradisi teologis spesifik, d Similarities between religions Novel-novel tentang Rumi lebih memaknai persamaan antar-agama dibanding perbedaan dan e The parallel between post-9/11 America and thirteenth-century Anatolia Pasca 9/11 karya Rumi dianalisis dalam perspektif rekonsiliasi. Perhatian utama Rumi terhadap cinta dan toleransi telah berfungsi sebagai bukti adanya Islam lain’ yang jauh dari fundamentalisme. Popularitas Rumi di barat saat ini menunjukkan bahwa perbedaan ruang dan waktu berabad-abad dapat terjembatani. Puluhan penerjemah membawa puisi-puisi bahasa Persia ke dalam bahasa Inggris dengan berbagai gaya penulisan. Beberapa cukup berhasil, namun ada pula yang mendapatkan respon yang kurang yang dihadapi oleh setiap penerjemah adalah membawa bahasa dan kebudayaan Persia beberapa abad silam ke bahasa lain dengan tetap mempertahankan kebenaran, semangat dan arti orisinilnya. Dalam hal ini penerjemahan tekstual kata-per kata sama sekali tidak membantu. lebih dari itu penerjemahan yang hanya memaknai puisi mungkin dapat dipahami oleh pembaca namun keindahan dan kegairahan bahasa puisi yang asli tidak terwadahi dengan baik. Terjemahan yang lebih bebas kadang-kadang kehilangan konteks spesifik waktu dan tempat, meninggalkan kita dengan terjemahan modern yang hambar yang jauh dari konteks spiritualitas yang dimaksud Rumi Akhtarkhavari & Lee, 2016. Penerjemahan puisi-puisi Rumi yang dianggap paling berhasil saat ini adalah The Essential Rumi dan The Soul of Rumi yang ditulis oleh Coleman Barks. Kedua buku tersebut terjual lebih dari kopi dan sukses membuat puisi Rumi menjadi bacaan populer di Barat. Meskipun begitu Barks sendiri bukan murni penerjemah atau pentafsir karya Rumi karena ia tidak begitu mahir membaca atau menulis bahasa Persia. Barks juga bukan sarjana di bidang Islamic studies, ia menyandang gelar di bidang sastra Inggris Ali, 2017. Pada beberapa buku tentang Rumi ataupun terjemahan karyanya yang terjadi di barat, terutama Amerika Serikat, dapat dilihat dua jenis pendekatan untuk mengeksplorasi karya Rumi, yaitu akademik dan non-akademik yang kemudian disebut sebagai pendekatan new sufism. Terdapat banyak kritik mengenai new sufism pada penerjemahan karya-karya Rumi karena dianggap terlalu kebarat-baratan dan meninggalkan akarnya yaitu tradisi religius Muslim El-Zein, 2010. Tujuan telaah literatur pada penulisan ini adalah untuk melihat pergeseran makna puisi-puisi Rumi. Awalnya puisi-puisi Rumi merupakan manifestasi Al Quran dan Hadist Nabi sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan, sarana untuk mengungkapkan cinta kepada Tuhan, sarana untuk dakwah penyebaran islam dan segala hal yang sifatnya religius. Namun ketika sampai ke barat, akar religius Islam seolah dikesampingkan dan bahkan dicabut saripatinya. Penerjemahan mengikuti selera pasar dan membuat karya atau terjemahan Rumi sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri self, dan humanisme. Coleman Barks bahkan mengungkapkan sesederhana puisi Rumi adalah puisi cinta sebagaimana Rumi ke Shams, saya kepada Anda, kekasih kepada yang tercinta, dan cinta alam semesta El-Zein, 2010. Paradoks seperti ini tidak dapat dihindarkan. Meskipun agama memberikan kekuatan ketika ragu, memberikan kepastian dan keyakinan, meningkatkan perasaan aman, dan mencegah rasa sakit sehingga melindungi dari penyakit mental, Hamsyah & Subandi, 2017 namun bagi masyarakat barat spiritualitas adalah hal yang terpisah dari agama El-Zein, 2010. Diskusi Untuk memahami pergeseran makna puisi Rumi dari Religius timur menjadi Humanisme di barat terlebih dahulu perlu membahas mengenai bagaimana orang Amerika memahami tradisi agama dan pandangan masyarakat barat mengenai new religious movements. Hubungan antara Islam dan masyarakat barat adalah salah satu titik masuk dalam memahami gerakan ini. Gerakan agama baru new religious movements - NRM merupakan komunitas agama atau kelompok spiritual modern yang terpinggirkan di dalam budaya agama dominan di negaranya. NRM pada awalnya mungkin menjadi bagian dari agama institusional, namun dalam hal ini mereka berbeda dari denominasi yang sudah ada sebelumnya Clarke, 2006. Dalam konteks Barat, khususnya Amerika Serikat, Islam hanyalah salah satu dari banyak tradisi keagamaan yang dihormati. Identifikasi dengan Islam menimbulkan tantangan yang kompleks bagi mereka yang ingin memahami gerakan Sufi. Dalam kasus gerakan perennialis, hal ini bukan masalah. Anggota gerakan semacam ini tidak harus menjadi Muslim formal, menjalankan ritual Islam, atau mengikuti aturan berpakaian tertentu Malik & Hinnells, 2006. Penelitian sebelumnya menunjukkan bagaimana selama berabad-abad, orang Amerika terobsesi dengan agama namun kebanyakan membicarakan spiritualitas terpisah dari agama. El-Zein, 2010. Hal ini berlaku pula dalam penulisan karya-karya sufi. Untuk dapat diterima masyarakat barat dan laris di pasaran, penulisan atau penerjemahan karya sufi dalam hal ini karya-karya Rumi akan lebih diterima jika melepaskan diri dari unsur-unsur keagamaan yang sifatnya institusional. Malik & Hinnells 2006 menyatakan bahwa tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi transformation, perjalanan travel and psikologi Sufi Sufi psychology. Transformasi transformation Salah satu bentuk konversi adalah menjadi Muslim yang formal dan taat. Namun ide transformasi yang dimaksud disini lebih luas daripada itu. Ada banyak tahap transformasi, dan bergabung dengan tatanan sufi universalis juga merupakan jenis konversi. Dalam hal ini penulis Sufisme Amerika memberikan deskripsi psikologis tentang transformasi kehidupan batin dengan menggunakan kosakata kontemporer yang lebih kaya. Perjalanan spiritual travel Bepergian telah menjadi ciri khas dari pencarian spiritual dan motif umum teori sufi klasik. Salah satu fungsinya adalah untuk membuat, menjaga dan memperdalam kontak dengan orang-orang dan tempat-tempat tertentu. Tempat-tempat yang pernah dikunjungi di masa lalu dan yang akan dikunjungi di masa depan adalah tempat-tempat suatu tradisi dibangun atau dibangun kembali. Tempat satu berhubungan dengan tempat lain dan setiap tempat yang diisi secara positif oleh agama atau dari filosofi yang baik akan meringankan seseorang dari banyak hal negatif yang beredar dalam diri mereka. Perjalanan Sufi adalah ziarah ke situs-situs tertentu untuk memberi energi dan memurnikan. Psikologi Sufi Sufi psychology Tema utama literatur yang terinspirasi oleh gerakan Sufi Barat adalah model psikologi transformasi dan penyembuhan psychological models of transformation and healing. Paralelisme antara Sufi-psikologi dan psikoterapis Barat juga telah lama dikenal. Klien Sufi-psikologi merupakan pencari spiritual yang memiliki minat kuat untuk pengembangan diri, seperti halnya psikologi humanistik. Meskipun begitu terdapat perbedaan antara psikologi yang secara langsung 'diilhami' oleh spiritualitas sufi dan psikologi dengan teknik terapi holistik. Gustav Jung serta beberapa psikolog transpersonal seperti Wilber, Tart, Ornstein, dll semuanya memiliki kesamaan gagasan bahwa manusia harus menemukan cara untuk berada, bersentuhan dan hidup dalam harmoni atau penyatuan dengan sumber makna dan orientasi yang transenden atau transpersonal. Psikologi spiritual lebih eksplisit dalam melihat kenyataan transpersonal ini sebagai ketuhanan atau ilahiah lebih dekat dengan cara mistis dalam berbagai bentuk spiritualitas tradisional, termasuk tasawuf Malik & Hinnells, 2006. Buku-buku Rumi oleh Coleman Barks dan Kabir Helminski merupakan terjemahan akademis dari bahasa Persia yang berhasil menghubungkan teks Rumi dengan tradisi Muslimnya. Namun mereka masih mempertahankan cita rasa New Age dalam arti bahwa tulisan mereka memang sengaja ditujukan kepada khalayak luas dan berupaya memberikan pandangan praktis bagi para pembaca. Dalam beberapa bagian bahkan bahasanya menyerupai bahasa New Age El-Zein, 2010. El-Zein menyebut bahwa buku-buku New Age sebagian besar tidak memasukkan istilah-istilah Islam. Beberapa dari buku New Age kadang-kadang merujuk pada sufisme tanpa memperhatikan susunan yang dimaksud oleh penulis aslinya. El-Zein 2010 menyatakan bahwa untuk menafsirkan Rumi, menggambarkan ayat Rumi, mengubah Diwan menjadi simfoni dan tarian adalah hal yang sulit. Tidak ada negara di luar negara Islam tertarik dan memiliki perhatian yang besar terhadap karya Rumi. Dapat dikatakan bahwa kesuksesan Rumi yang sangat besar di Amerika adalah karena fakta bahwa orang-orang Amerika menemukan sesuatu di dalam tulisan-tulisan Rumi, yaitu spiritualitas. Spiritualitas tersebut dirangkum oleh El-Zein dalam empat poin, yaitu love; the Sufi universe; illusion versus reality; dan silence and emptying the self. Dari Cinta Manusia ke Cinta Ilahiah From Human Love to Divine Love Poin pertama dalam spiritualitas Rumi adalah cinta. Orang Amerika tertarik pada karya Rumi karena fokusnya pada cinta. Ketika ditanya mengapa mereka tertarik pada Rumi, orang Amerika umumnya tidak menganggap puisi Rumi sebagai agama, melainkan sabda tentang cinta. Rumi menemukan bagaimana cinta manusia dapat diubah menjadi cinta Tuhan. Cinta seperti yang dijelaskan oleh Rumi adalah pengalaman saat ia menjelaskan dalam bait berikut Seseorang bertanya, `Apa itu Cinta? 'Rumi menjawab, Jangan tanya tentang arti ini. Ketika kamu menjadi sepertiku, kamu akan memahaminya. Ketika Ia memanggilmu, kamu akan bergetar mendengarnya. Tuhan akan membawa orang-orang yang Dia cintai dan yang mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembutlah terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Melalui ajaran spiritual Rumi, seseorang dapat melihat bagaimana cinta Rumi berakar dari tradisi Muslim. Rumi menggunakan simbol-simbol Islam untuk berbicara tentang cinta. Namun pada penulisan akademik di barat, beberapa hal bertentangan dengan dasar islam dari cinta yang dimaksud Rumi. Terjemahan Barks dan Harvey fokus pada gagasan cinta yang tidak selalu berakar pada tradisi Islam. Penerjemah new sufisme seperti Barks dan Harvey menjelaskan fakta bahwa Rumi menempatkan nama Shams yang dicintainya dalam puisi, sebagai bukti bahwa kepribadiannya sendiri bergabung dengan orang yang dicintainya. Mereka tidak menekankan - seperti dalam karya ilmiah - gagasan bahwa cinta manusia ini ditransformasikan menjadi cinta Tuhan. Coleman Barks mengatakan bahwa semua puisi ini adalah puisi cinta sebagaimana Rumi ke Shams, saya kepada Anda, kekasih kepada yang tercinta, dan cinta alam semesta. Sema The Dancing Universe Poin kedua menurut El-Zein 2010 adalah konsep alam semesta yang berputar tanpa henti. Suatu gerakan berputar yang disebut sema, membuka pintu surga. Dikatakan bahwa banyak puisi Rumi ditulis dalam keadaan ekstasi. Rumi menciptakan tarian berputar yang dilakukan dengan jubah putih, iringan buluh dan drum. Dalam keadaan ekstasi itulah Rumi berpuisi yang segera ditulis oleh para muridnya. Seluruh alam semesta dalam pandangan Rumi terbentuk dari gerakan bergantian menghirup dan menghembuskan nafas, siang dan malam. Visi alam semesta sufisme yang berputar juga ada dalam teks lain, seperti Ibnu Arabi. Melalui tarian mereka membaca dan berdoa, seolah-olah sedang bercinta dengan kekasih mereka. Ilusi Versus Kenyataan Poin spiritualitas ketiga yang menarik orang Amerika mempelajari Rumi adalah pernyataan Sufi bahwa semua yang tampak hanyalah tipuan. Ini membuat Sufism lebih dekat dengan fisika baru yang menyatakan bahwa tidak mungkin untuk mengamati dunia fisik saja karena itu hanyalah ilusi. Fisika baru sering membahas bahwa kita berada dalam berbagai kemungkinan realitas. Syair-syair Rumi mengajak para pembacanya untuk melampaui bentuk-bentuk tampak guna mencapai Realitas tertinggi. Keheningan, Kekosongan, dan Realisasi diri Silence, Emptiness and Self-realization Poin spiritualitas terakhir Rumi, ketika seseorang menemukan bahwa segala sesuatu adalah ilusi, ia akan memilih untuk tetap diam seperti dalam syair Rumi bahwa bahasa tidak dapat mengekspresikan yang tak terlukiskan. Rumi mengajak kita ke sebuah wacana baru yang tidak memerlukan kata-kata namun mengandung makna mendalam. Konsep keheningan dan kehampaan ini, Rumi memandangnya melalui kalimat Shahadat, laa ilaha illa Allah Tiada Tuhan Selain Allah Untuk memahami secara mendalam pernyataan seperti ini, seseorang harus mendapatkan keheningan dan mendengarkan Al Quran `Dengarkan teksnya dan berdiamlah! Diamlah! Karena kamu bukan lidah Tuhan, maka jadilah telinga!'. Sementara dari sudut pandang Harvey keheningan itu seperti memusatkan energi pada satu titik. Empat poin seperti yang disebutkan di atas memiliki kemiripan tertentu antara mistisisme dan psikoanalisis menurut pandangan new sufism. Davenport mengajak orang Amerika untuk membaca Rumi untuk membebaskan diri dari rasa takut, marah, dan depresi. Pandangan ini juga digaungkan oleh Andrew Harvey yang menjelaskan bahwa kita harus menggunakan ajaran Rumi dan tulisan-tulisannya karena masalah kita sebagai manusia adalah kita berada dalam depresi psikis yang masif. Lebih lanjut Harvey menambahkan bahwa membaca dan mendengarkan Rumi untuk menemukan jati diri real self El-Zein, 2010. Pergeseran makna dan pemaknaan terhadap karya-karya tulis sufisme di barat, utamanya karya Rumi menjadikan produk-produk baru yang diekstraksi secara akademis namun mencabut akar keagamaannya. Produk-produk sufisme di barat terutama yang berkaitan dengan keilmuan Psikologi yang mengadopsi karya Rumi sangatlah banyak. Pada telaah ini penulis akan mengurai setidaknya tiga hal, yaitu 1konsep diri self Rumi Nafs yang memiliki tingkatan dari Nafs-Amara hingga Nafs Muthmainna atau Nafs Lawwamah Arasteh, 2008, 2 psikonalisis Fromm Arasteh, 2008 atau humanisme seperti Rogers Ersever, 1999, dan 3 terapi Mindfulness dengan mengadopsi konsep Rumi here and now Mirdal, 2010. Nafs Manusia berpotensi mewarisi kekuatan yang dapat mengarahkannya ke kondisi terendah seperti hewan atau kondisi tertinggi yang mulia. Dalam pengertian evolusi, kekuatan ini telah berkembang memanifestasikan dirinya dalam akal manusia. Manusia harus melampaui akal untuk mencapai keadaan terbaik Nafs-e-Mutma'inna, atau jatuh ke bawah Nafs-Ammara. Dalam tafsir sosial, Nafs adalah pencarian kekuasaan, mencari kesenangan segera, menjadi budak atau budak kekayaan. Kekuatan Nafs berkembang dalam benak keinginan yang sedemikian rupa sehingga seorang penguasa dengan rela melakukan tindakan tidak manusiawi untuk memuaskannya. Kejahatan dalam sifat manusia, seperti kerakusan, membuat sifat manusiawinya hilang Arasteh, 2008. Rumi dan Erich Fromm Fromm sebagaimana Rumi berbeda dari Freud yang melihat manusia sebagai makhluk yang terisolasi yang mempelajari penyakit manusia dari budayanya sendiri, dan digeneralisasikan pada manusia semata. Filsafat Rumi dan Fromm tidak memusatkan perhatian pada manusia di era tertentu, tetapi manusia dalam hal tujuan hidupnya, dalam kaitannya dengan keberadaannya, dan potensi untuk berkembang. Sementara itu dalam kaitannya dengan cinta, Fromm seperti halnya Rumi menemukan bahwa cinta adalah obat dari semua obat. Menurut Fromm “Kesadaran akan pemisahan manusia, tanpa penyatuan kembali oleh cinta adalah sumber rasa malu dan pada saat yang sama sumber rasa bersalah dan kecemasan." Adanya pemisahan dengan kekasih menyebabkan kecemasan, yang merupakan akar dari segala kecemasan. Dalam mempelajari secara analitis apa yang dipraktikkan Rumi, Fromm menegaskan bahwa cinta adalah jawaban untuk masalah eksistensi manusia. Seseorang dapat mempelajari eksistensinya dengan menjadi manusia yang bertanggung jawab yaitu dengan peduli, memberi, dan dengan menghormati orang lain. Selain itu, seseorang harus aktif pula dalam cinta. Karakter aktif cinta dapat digambarkan dengan menyatakan bahwa cinta adalah memberi, bukan menerima Arasteh, 2008. Rumi dan Carl Rogers Carl Rogers dan Mevlana Rumi sangat menghargai hubungan interpersonal. Mereka berdua percaya bahwa individu dapat berkomunikasi satu sama lain dan membentuk hubungan yang sehat dan membantu. Perasaan individu individual's feelings penting menurut Rogers dan Mevlana. Mereka berdua fokus pada masa kini, bukan masa lalu. Rumi beranggapan bahwa jika seseorang terbuka, jujur, menghormati, toleran, tidak menghakimi, mencintai orang lain, dan mampu menjadi dirinya sendiri, melihat dunia dengan mata orang lain untuk merasakan perasaan orang lain, menerima orang lain tanpa memandang kelemahannya, dan memperlakukan orang lain secara setara, ia dapat menciptakan persahabatan yang sehat dan langgeng dengan mereka. Prinsip-prinsip ini juga hadir dalam pendekatan Rogers yang berpusat pada orang person-centred approach, yang mencakup konsep kesesuaian, ketulusan, penghargaan positif tanpa syarat, dan pemahaman yang empatik. Rogers dan Mevlana Rumi juga sama-sama menekankan pentingnya cinta Ersever, 1999. Mindfulness Mindfulness adalah kesadaran yang muncul melalui pemusatan perhatian pada tempat disini dan saat ini here and now dan berusaha mengalami saat ini tanpa berfokus pada tujuan masa depan, dalam arti tidak menggenggam atau menyingkirkannya. Lima faktor diungkapkan oleh Mirdal 2010 sebagai konsep kunci mindfulness yaitu mengamati observing, menggambarkan describing, bertindak dengan kesadaran acting with awareness, tidak menilai pengalaman batin non-judging of inner experience dan tidak mereaksi pengalaman batin non-reactivity to inner experience. Konsep-konsep dasar dalam ajaran Rumi dapat dijabarkan lebih lanjut dalam kaitannya dengan terapi mindfulness menjadi berikut a Penerimaan atas apa yang terjadi saat ini dengan menghadapi apapun penderitaan atau rasa sakit yang dialami Accepting the Present Moment—Facing Sorrow and Pain, b meninggalkan dan melihat dunia dengan pandangan baru Unlearning and Looking at the World with A Beginner’s Mind’, c mengubah fokus dari memikirkan dirinya sendiri egosentris menjadi peka terhadap orang lain decentering, changing one’s focus from Self to Other, d meditasi dengan melakukan perjalanan dan mengatur nafas Meditation Breathing and Walking, e menyelaraskan tubuh dan pikiran melalui musik dan tarian attunement of body and mind through mediation, music and dance, dan f Flow and Letting-Go. Budaya non-barat dapat menjadi sumber inspirasi untuk pendekatan modern dalam mengobati stres dan penderitaan. Kearifan yang sifatnya universal pada filsafat Rumi yang berasal dari pemikiran Islam dapat menjadi sumber inspirasi bagi para psikoterapis transkultural. Meskipun begitu, semua psikolog di barat tidak perlu menjadi seorang yang religius untuk melakukan terapi ini. Hanya butuh menjadi seorang yang lebih terbuka terhadap religious experiences yang dialami oleh klien Mirdal, 2010. Kesimpulan Pada awalnya karya-karya utama Rumi, salah satunya Masnavi adalah sebuah mahakarya diciptakan sebagai sarana untuk memperoleh kebenaran yang berasal dari Allah SWT dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Puisi-puisi Rumi sangat kental dengan ajaran agama Islam dan bait-baitnya adalah kandungan ayat-ayat suci Al Quran dan Hadist Nabi. Bahkan dikatakan bahwa Masnavi adalah Al Quran dalam bahasa Persia. Kajian-kajian terhadap karya Rumi oleh negara-negara Islam menunjukkan bahwa ini adalah Jalan Islam Tariq'a/Tarekat untuk membantu pencari dalam usahanya mencari Kebenaran Haqiq'a. Ketika sampai di barat, karya-karya Rumi diterjemahkan dengan mengikuti selera pasar Amerika, yaitu keyakinan bahwa selama berabad-abad orang Amerika terobsesi dengan agama namun kebanyakan membicarakan spiritualitas terpisah dari agama. Untuk menyentuh hati pembaca Amerika maka perlu mempertimbangkan a Americanisation of Rumi, b The healing effect of Rumi’s poetry, c Sifat Sufisme yang universal, d Similarities between religions dan e The parallel between post-9/11 America and thirteenth-century Anatolia. Tema-tema yang biasa diangkat penulis atau penerjemah barat dalam sufisme adalah mengenai 3 hal, yaitu transformasi transformation, perjalanan travel and psikologi Sufi Sufi psychology. Sementara sisi spiritual yang diungkap adalah kasih sayang love, Dunia sufisme the Sufi universe, ilusi vs realitas illusion versus reality, dan keheningan, kekosongan, serta realisasi diri silence and emptying the self. Namun demi memenuhi pasar Amerika tersebut, ada harga yang harus dibayar yaitu terputusnya karya seni ini dari agamanya. Karya atau terjemahan Rumi hanya dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia, pemaknaan terhadap diri self, dan humanisme. Coleman Barks bahkan mengungkapkan sesederhana puisi Rumi adalah puisi cinta sebagaimana Rumi ke Shams, saya kepada Anda, kekasih kepada yang tercinta, dan cinta alam semesta. Akhirnya produk-produk yang menjadi warisan dari pemaknaan sufisme barat terutama yang berkaitan dengan keilmuan Psikologi yang mengadopsi karya Rumi dapat dilihat melalui 3 hal, yaitu 1konsep diri self Rumi, 2 psikonalisis Fromm dan humanisme Rogers, dan 3 terapi Mindfulness dengan mengadopsi konsep Rumi here and now. Kesemuanya merupakan bentuk baru yang benar-benar berbeda dengan konsep awal Rumi, yaitu religiusitas Islam. Referensi Akhtarkhavari, N., & Lee, A. 2016. Love Is My Savior. The Arabic Poems of Rumi. Michigan Michigan State University Press. Ali, R. 2017, January 5. Newyorker. Diambil kembali dari Arasteh, A. R. 2008. Rumi the Persian, the Sufi. New York Routledge. Arberry, A. J. 2000. Discourse of Rumi or Fihi Ma Fihi. Iowa Omphaloskepsis. Barks, C., Moyne, J., Arberry, A., & Nicholson, R. 1997. The Essential Rumi. New York Castle Books. Clarke, P. B. 2006. New Religions in Global Perspective A Study of Religious Change in the Modern World. New York Routledge. El-Zein, A. 2010. Spiritual Consumption in the United States The Rumi phenomenon. Islam and Christian–Muslim Relations, 71-85. Ersever, O. G. 1999. The Humanistic Philosophies Of Mevlana Rumi And Carl Rogers Principles Ofeffective Communication To Promote Universal Peace. Peace Research, Vol. 31, No. 3, 42-50. Furlanetto, E. 2013. The Rumi Phenomenon’ Between Orientalism And Cosmopolitanism The Case of Elif Shafak’s The Forty Rules of Love. European Journal of English Studies, 201-213. Hamsyah, F., & Subandi. 2017. Dzikir and Happiness A Mental Health Study on An Indonesian Muslim Sufi Group. Journal of Spirituality in Mental Health, 80-94. Kaya, Ç. 2016. Rumi from the Viewpoint of Spiritual Psychology and Counseling. Spiritual Psychology and Counseling, 9-25. Lewis, F. D. 2007. Rumi Swallowing the Sun. Oxford Oneworld Publications. Lewis, F. D. 2014. Rumi Past Present East and West. London Oneworld Publications. Malik, J., & Hinnells, J. 2006. Sufism in the West. New York Routledge. Mannani, M. 2010. The Metaphysics Of The Heart In The Sufi Poetry Of Rumi. Religion & Literature, Vol. 42, No. 3, 161-168. Mirdal, G. M. 2010. Mevlana Jalal-ad-Din Rumi and Mindfulness. Journal of Religion and Health. Mojaddedi, J. 2004. Rumi the Masnavi Book One. New York Oxford University Press Inc. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Çınar KayaRumi was a renowned Sufi, spiritual teacher, and poet who has attracted both scholarly and non-scholarly attention all over the world. This paper aims to present Rumi’s life and his works and contributions in the fields of thought and spirituality within themes of potential importance for both general and spiritually oriented counseling by providing some biographical details to further the understanding of his personal development as well as his approaches and contributions regarding human nature, Sufism, asceticism, love, “nothingness” within unity, and death. A biographical analysis of Rumi’s own psychological transformation by Arasteh has also been presented. This paper also discusses the possibility of benefitting from Rumi texts as a resource for both spiritually oriented counseling and counseling in general, especially in the form of bibliotherapy, and attempts to outline the prospects and challenges of benefitting from Rumi and Sufi resources in general for psychotherapy and counseling. Elena FurlanettoSince 1994 the American literary market has been taken by storm by what may be called the Rumi phenomenon’ the posthumous literary success of the thirteenth-century Sufi poet and mystic, Muhammad Jalal ad-Din Balkhi, known to the Anglophone world as Rumi. Rumi has become the best-selling poet in the United States and a series of epigones fictionalising the poet’s biography and expanding on the impact of his poetry on American culture have been generated. This article focuses on Elif Shafak’s 2010 novel, The Forty Rules of Love, as one of the best known and most remarkable contributions to the Rumi phenomenon. In her domestication of the figure of Rumi for an American audience, the Turkish author not only succumbs to the oversimplification and decontextualisation of Rumi’s work perpetrated by the American initiators of the Rumi phenomenon, but also employs Orientalist strategies in the ways in which she positions the East as being instrumental to the West. Shafak’s advocacy of a cosmopolitan, global society, where national affiliations become obsolete, clashes with her open adherence to the needs and aesthetics of the American literary market. Such a difficult coexistence results in a problematic notion of cosmopolitanism, which appears inextricably bound to the logics of empire. Yet, in spite of the problematic cosmopolitanism it portrays, the novel succeeds in creating a form of transatlantic cultural kinship between Turkey and the United States. Amira El-ZeinThis article deals with the impact of Jalal al-Din al-Rumi's work on the American public. It tackles how his work is taken nowadays out of the Muslim Sufi tradition into an elusive spiritual movement which the author terms the 'New Sufism'. The article studies the differences and similarities between the scholarly approach to the work of Rumi and the 'New Sufism' approach and focuses on four main aspects of this transition. The first treats the idea of human love in its relation to the divine love in both approaches. The second studies the concept of a dancing universe in both views. The third treats the theme of illusion versus reality in the two perspectives. The fourth analyses the differences between Muslim scholars and the 'New Sufism' with regard to the concept of emptiness. In the conclusion the article stresses how the work of Rumi is currently 'used' by the 'New Sufism' to treat depression and sell products, and how Americans in general have a tendency to 'play' with the religious traditions of the world . Gretty MirdalThe use of mindfulness-related methods for the treatment of a variety of psychological, somatic and interpersonal problems has increased dramatically in the last decade. Almost all mindfulness-based therapies include the practice of meditation in addition to various cognitive and/or behavioral techniques. The source of inspiration for mindfulness has traditionally been Buddhism, while Islamic thought has not been present in this development despite the similarities in philosophy and a growing need for mental health support among Muslim populations throughout the world. It is in this context that Sufism and especially Rumi's teachings seem to be promising both in terms of research on consciousness and in terms of culturally sensitive methods of healing. The aim of the present article is to highlight the commonality of mindfulness-based therapies and Rumi's religious philosophy. Introducing concepts, images and metaphors based on Rumi's universe can constitute a meaningful alternative to Buddhist-inspired practices in the transcultural clinic, especially in encounters with clients with Muslim is a ritual that is practiced by Muslims in which they pronounce the names of God repeatedly to stimulate enjoyment. This study examined the relationship between subjective well-being and dzikir intensity. Data were collected both by quantitative and qualitative methods. Instruments for quantitative data collection were The Satisfaction With Life Scale, Positive and Negative Affect Scales, and Dzikir Intensity Scale. Result showed that dzikir intensity is significantly correlated with subjective well-being p < .01. This result is supported by qualitative data from interviews with members of the Sufi RezaThis volume presents a systematic study of Rumi'S rebirth into a total being. By studying the elements of Persian culture, as well as the unique writings of Rumi, the author reveals the characteristics of maturity, the qualities of final integration in identity, health, and happiness that underlie Rumi'S life and B. ClarkePeter B. Clarke's in-depth account explores the innovative character of new religious movements and new forms of spirituality from a global vantage point. Ranging from North America and Europe to Japan, Latin America, South Asia, Africa and the Caribbean, it is the perfect introduction to NRMs such as Falun Gong, Aum Shirikyo, the Brahma Kumaris, the Ikhwan or Muslim Brotherhood, Sufism, the Engaged Buddhist and Engaged Hindi movements, Messianic Judaism and Rastafarianism. Charting the cultural significance and global impact of NRMs, he discusses the ways in which various religious traditions are shaping, rather than displacing, each other's understanding of notions such as transcendence and faith, good and evil, of the meaning, purpose and function of religion, and of religious belonging. He then examines the responses of governments, churches, the media and general public to new religious movements, as well as the reaction to older, increasingly influential religions, such as Buddhism and Islam, in new geographical and cultural contexts. Taking into account the degree of continuity between old and new religions, each chapter contains not only an account of the rise of the NRMs and new forms of spirituality in a particular region, but also an overview of change in the regions' mainstream Is My Savior. The Arabic Poems of RumiN AkhtarkhavariA LeeAkhtarkhavari, N., & Lee, A. 2016. Love Is My Savior. The Arabic Poems of Rumi. Michigan Michigan State University of Rumi or Fihi Ma FihiA J ArberryArberry, A. J. 2000. Discourse of Rumi or Fihi Ma Fihi. Iowa Omphaloskepsis.
Padasyair-syair Rumi, kita diajak untuk masuk ke dalam hati kita, memasuki ceruk terdalam dari jiwa kita. Jangan gerak! Diamlah! bertemanlah dengan kesenyapan, masuklah menyelamlah kedalam hatimu cutilah sehari dari kebisingan. Di syair lain, kita akan menemukan syair menggunakan kata 'hati'. Hanya dari hatimu / kau bisa sentuh langit (h. 160).
Jalaludin Rumi salah satu sufi penyair yang lahir di Balkh Afganistan, 30 September 1207 dengan nama Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri. Di kota Nishapur di mana dia mengungsi bersama keluarganya, Attar pernah meramalnya -saat itu Rumi baru berusia 5 tahun- bahwa dia kelak akan masyhur sebagai penyala api gairah Ilahi. Murid kesayangan Syekh Syamsuddin Tabriz ini wafat pada 5 Jumadil Akhir 672 H dan dimakamkan di Konya Turki. Pada nisannya tertulis “Ketika kita mati, jangan cari pusara kita di bumi, tetapi carilah di hati manusia.” Jalaludin Rumi HINGGA AKHIR WAKTU Sang pecinta berubah sudah, hingga akhir waktu Kufur menjadi iman sudah, hingga akhir waktu Negeri antah berantah penuh perangkap setan Kembali menjadi negeri Sulaiman hingga akhir waktu Teman yang melukai kini menjadi pelipur hati, hingga akhir waktu Dia yang tidak mau mabuk bersama dan selalu menyendiri dalam pesta Kini menjadi penuang arak semoga selamanya Sinar matanya yang menyinari gubuk itu Membuat seluruh tepian menjadi lapang Marahnya yang dusta dan perilaku manisnya Membuat dunia menjadi negeri gula, hingga akhir waktu Malam berlalu pagi datang, duka berlalu suka datang Matahari bersinar, hingga akhir waktu Dari suka, duka, dan kehendak orang-orang gila Siklus itu beralih hingga akhir waktu Hari raya datang dan tamu pergi Hadiah bertambah hingga akhir waktu Hai, arif yang sedang menggesek rebab Jangan terpaku di nada rendah Pelangi muncul sudah, hingga akhir waktu Seorang fakir menjadi hartawan Peti hartanya berbagi dengan Qarun Minumnya pun bersama para raja Lihat hembusan angin itu Disihir oleh bibir manis kini suara seruling yang merana Firuan yang keras hati dengan seluruh sialnya kini menjadi Musa ayah Imran, hingga akhir waktu Singa yang buas, tolol, dan lupa kini menjadi Yusuf, hingga akhir waktu Syamsi Tabriz dengan citamu kota Tabriz menjadi Khurasan, hingga akhir waktu Sejak setan menyerah, ruhmu menjadi malaikat Iblis pun tobat, hingga akhir waktu semua bulan menjadi purnama, dua alam menjadi taman bunga segala ruh menyatu, hingga akhir waktu kau jadikan jiwaku besar hingga akhir waktu auramu bersinar hingga akhir waktu segala benci menjadi kasih, racun pun menjadi sirup awan menjadi negeri gula hingga akhir waktu apa yang dibanggakan dari istana ini sapi disembelih karena tanduknya terperangkap? atau yang disembelih di hadapan raja? Kedua sapi ini sama-sama kurban hingga akhir waktu Bumi menjadi langit, manusia biasa kini menjadi arif Yang dulu seperti itu, kini seperti ini hingga akhir waktu Semua diam, aku sudah mabuk, terperangkap dalam cinta akalku sudah berubah hingga akhir waktu Penerjemah Bastian Zulyeno dari Gazaliyyat e Shams; shams ta Bad Chonin Bad
Selamaini Jalaludin Rumi memang dikenal sebagai tokoh sufi yang memiliki karya tidak jauh dari Tuhan. Ruminama lengkapnya Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al-Khattabi al-Bakhrilahir di Balkh Afghanistan sekarang pada tanggal 30 September 1207. Kumpulan puisi sufi Jalaludin Rumi dan syair tentang agama dan kehidupan. Puisidi atas dikutip dari salah satu karya Sastrawan sekaligus Sufi ternama, Maulavi atau yang masyhur kita kenal dengan Jalaluddin Rumi. Ia adalah salah satu Sufi sekaligus Penyair dari Persia. Puisi tersebut tidak cukup jika diintepretasikan dengan makna cinta yang awam (baca: sederahana). Melainkan cinta
Bahkandi Amerika Serikat bukunya menjadi buku puisi yang paling laris. Jalaluddin Rumi adalah sang pujangga dari tanah Persia. Selain penyair dia juga tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Terkenal dengan liriknya dan epik, yang secara luas mempengaruhi pemikiran mistik dan sastra di seluruh dunia muslim. Rumi, ia mengekspresikannya
Contoh: karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair Perahu, dan Syair Si Burung Pingai. Kasidah-kasidah "Al-Barzanji" karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya Jalaludin Rumi. Sudah rebes semua Definisi Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal, samai jumpa pada tulisan berikutnya sob. BN2HYsz.
  • 0co2prkl4e.pages.dev/98
  • 0co2prkl4e.pages.dev/317
  • 0co2prkl4e.pages.dev/128
  • 0co2prkl4e.pages.dev/153
  • 0co2prkl4e.pages.dev/599
  • 0co2prkl4e.pages.dev/264
  • 0co2prkl4e.pages.dev/370
  • 0co2prkl4e.pages.dev/130
  • puisi mistik jalaludin rumi